Rekomendasi PAPDI tentang Pemberian Vaksinasi COVID-19 Booster

Jumat, 23 Juli 2021

123.jpg

Jakarta, 23 Juli 2021

Rekomendasi PAPDI tentang Pemberian Vaksinasi COVID-19 Booster

Sehubungan dengan rencana pemerintah dalam mengadakan vaksinasi COVID-19 booster dengan menggunakan vaksin platform mRNA (Moderna), PAPDI menyusun rekomendasi dengan mempertimbangkan hal berikut:

1. Meningkatnya angka mortalitas dan kejadian infeksi pada tenaga kesehatan yang sudah divaksinasi dengan platform inactivated (Coronavac) sebanyak dua dosis.
2. Varian delta yang saat ini mendominasi kasus baru COVID-19.
3. Studi terkait pemberian vaksinasi heterolog/kombinasi dan rekomendasi vaksinasi booster di beberapa negara yang menggunakan vaksin platform inactivated.

Berikut poin rekomendasi dalam hal penggunaan vaksinasi mRNA sebagai booster:

1. Tenaga kesehatan merupakan garda terdepan dalam penanganan pasien COVID-19 dan memiliki risiko tinggi untuk tertular COVID-19. Enam bulan sejak vaksinasi platform inactivated, antibodi diketahui mulai berkurang, sehingga penting bagi tenaga kesehatan untuk diberikan booster vaksinasi COVID-19, terutama untuk menghadapi varian baru.
2. Penelitian yang ada menunjukkan antibodi yang terbentuk pasca vaksin booster mRNA naik cukup signifikan dan proteksi terhadap infeksi COVID-19 juga meningkat, walaupun belum ada data khusus untuk vaksin inactivated yang dilanjutkan dengan vaksin mRNA. Vaksin mRNA diketahui memiliki efikasi yang lebih baik terhadap varian baru dibandingkan dengan platform vaksin lainnya.
3. Rekomendasi kelayakan vaksinasi mRNA pada keadaan khusus/komorbid tertentu secara umum sama dengan vaksin platform inactivated yang sudah disusun oleh PAPDI sebelumnya.
4. Efek samping vaksin mRNA yang muncul secara umum sama dengan vaksinasi COVID-19 pada umumnya. Reaksi anafilaksis setelah pemberian vaksin mRNA perlu menjadi perhatian khusus karena kandungan polietilen glikol (PEG) pada vaksin mRNA ini walaupun angka kejadiannya sangat kecil. Diketahui efek samping yang muncul pasca vaksinasi kombinasi platform viral vector dan mRNA untuk vaksinasi pertama dan kedua, lebih banyak jika dibandingkan menggunakan platform yang sama. Hal ini mungkin juga terjadi pada vaksin inactivated jika dikombinasi dengan platform yang berbeda walaupun sedang menunggu studi lebih lanjut.

Demikian rekomendasi ini kami sampaikan. Atas perhatian Sejawat, kami ucapkan terima kasih. Semoga kita selalu dilindungi dalam menjalankan tugas.