Waspada Penyakit Cacar Monyet (Monkeypox)

Selasa, 14 May 2019

LOGO PAPDI (hi - resolution).jpg

Pendahuluan

Monkeypox adalah suatu penyakit infeksi virus, bersifat zoonosis dan jarang terjadi. Beberapa kasus infeksi pada manusia (human monkeypox) yang pernah dilaporkan terjadi secara sporadis di Afrika Tengah dan Afrika Barat, dan umumnya pada lokasi yang berdekatan dengan daerah hutan hujan tropis.

Monkeypox (cacar monyet) tergolong ke dalam genus orthopoxvirus. Virus lain yang juga berasal dari genus orthopoxvirus adalah virus variola yang menyebabkan penyakit Smallpox (cacar) dan telah dinyatakan tereradikasi di seluruh dunia oleh WHO pada tahun 1980.

Penyakit monkeypox pada awalnya teridentifikasi pada tahun 1970 di Zaire dan sejak itu dilaporkan secara sporadis di 10 negara di Afrika Tengah dan Barat. Pada tahun 2017, Nigeria mengalami outbreak terbesar yang pernah dilaporkan, dengan perkiraan jumlah kasus yang terkonfirmasi sekitar 40 kasus.

asfads.jpg

Penularan

Oleh karena sifatnya yang zoonosis, maka cara penularan utama dari monkeypox adalah melalui kontak manusia dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada mukosa maupun kulit hewan yang terinfeksi.  Di Afrika, kasus infeksi monkeypox pada manusia yang pernah dilaporkan, berhubungan dengan riwayat kontak dengan monyet yang terinfeksi, tupai,tikus dan rodentslainnya. Memakan daging hewan terinfeksi yang tidak dimasak dengan matang diduga dapat menjadi metode penularan yang lain.

Adapun penularan antar manusia, diduga dapat terjadi sebagai akibat dari kontak erat dengan pasien yang terinfeksi secara langsung (direct close contact) melalui paparan terhadap sekresi saluran napas yang terinfeksi, kontak dengan lesi kulit pasien secara langsung, maupun berkontak dengan objek yang telah tercemar oleh cairan tubuh pasien. Selain itu, transmisi secara vertikal dari ibu ke janin melalui plasental (infeksi monkeypox kongenital) juga dimungkinkan.

Gejala dan tanda klinis

Periode inkubasi monkeypox berkisar antara 5-21 hari dengan rerata 6-16 hari. Setelah melewati fase inkubasi, pasien akan mengalami gejala klinis berupa demam tinggi dengan nyeri kepala hebat, limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot dan rasa lemah yang prominen.  Dalam 1-3 hari setelah demam muncul, pasien akan mendapati bercak-bercak pada kulit, dimulai dari wajah dan menyebar  ke seluruh tubuh. Bercak tersebut terutama akan ditemukan pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Seiring waktu bercak akan berubah menjadi lesi kulit makulopapuler, vesikel dan pustule yang dalam 10 hari akan berubah menjadi koreng.

Beberapa pasien akan mengalami limfadenopati yang hebat sebelum timbulnya bercak kulit, sehingga ini dapat menjadi pembeda dari penyakit serupa lainnya. Umumnya monkeypox adalah penyakit yang self limting. Namun demikian risiko fatalitas lebih tinggi pada kelompok anak-anak dan berkaitan dengan derajat pajanan virus, kondisi status kesehatan, dan beratnya komplikasi yang terjadi.

Virus-Flu.jpg

Diagnosis

Pendekatan klinis merupakan upaya penegakkan diagnosis utama pada monkeypox. Upaya penegakan diagnosis secara definitif hanya dapat dilakukan pada laboratorium khusus yang memiliki berbagai metode dignostik berbeda untuk menunjang diagnostic monkeypox. Kendala lain berhubungan dengan singkatnya waktu viremia dan ketepatan waktu pengambilan specimen.

Pengobatan dan Vaksinasi

Saat ini tidak terdapat pengobatan maupun vaksinasi yang spesifik untuk infeksi monkeypox. Di masa lalu, vaksinasi terhadap smallpox telah dibuktikan dapat memberikan efektivitas proteksi sebesar 85% terhadap infeksi monkeypox. Hanya saja vaksin smallpox saat ini sudah tidak lagi tersedia oleh karena smallpox sudah dinyatakan tereradikasi secara global pada tahun 1980.

Pencegahan

Pemahaman yang baik terhadap infeksi monkeypox dan kewaspadaan dini terhadap outbreak, menjadi modal utama dalam aspek pencegahan. Upaya untuk menghindari kontak dengan pasien yang diduga terinfeksi merupakan kunci pencegahan yang dinilai paling efektif pada saat outbreak, diiringi dengan upaya surveilans dan deteksi dini kasus aktif guna melakukan karantina untuk mencegah penyebaran yang lebih luas.

 

Penulis:

dr. Adityo Susilo, SpPD, K-PTI, FINASIM

Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, IPD, FKUI/RSCM

Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI

 

Sumber :

Monkeypox : WHO Fact Sheet details.2018