Publikasi Mutakhir Penelitian Kuman H Pylori di Indonesia

Jumat, 01 Februari 2019
Publikasi Mutakhir Penelitian Kuman H Pylori di Indonesia
 
 Alhamdulillah proyek Indonesia Wide Study of Helicobacter pylori (IWS Hp) baru saja menghasilkan publikasi terbaru di bulan Mei 2017 di Open Journal Plos One (https://doi.org/10.1371/journal.pone.0176203).
 
Proyek Indonesia Wide Study of Helicobacter pylori (IWS Hp), ini secara umum ingin melihat keragaman kejadian, faktor risiko dan genetik, infeksi kuman  Helicobacter pylori yang diisolasi dari pasien sakit maag atau dispepsia di Indonesia. Publikasi terakhir dari penelitian besar ini dipublikasi di Plos One, jurnal internasional, peer review jurnal, berbasis di USA, terindeks di Scopus dan Pubmed. Jurnal ini  merupakan  salah satu open access  journal dan naskah lengkap dari artikelnya dapat diakses secara gratis melalui online. Publikasi hasil penelitian kali ini merupakan publikasi internasional ke 5 dari proyek Indonesia Wide Study of Helicobacter pylori ini.
 
Penelitian  ini yang disingkat  IWS Hp ini merupakan penelitian multisenter yang bekerjasama dengan Prof. Dr. Yoshio Yamaoka, PhD  dari Fakultas Kedokteran Universitas Oita, Jepang dan didukung oleh Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). Penelitian yang telah dilaksanakan sejak Januari 2014 hingga sekarang ini di Indonesia diketuai oleh Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD-KGEH, FINASIM, FACP dan melibatkan berbagai peneliti gastroenterologi serta pusat-pusat pelayanan kesehatan di berbagai kota di Indonesia. Penelitian tentang infeksi Helicobacter pylori di beberapa kota telah cukup banyak dijumpai. Akan tetapi, prevalensi infeksi H.pylori masih beragam di setiap daerah sehingga diperlukan investigasi lebih lanjut adanya peranan keragaman genotip pada suku-suku di Indonesia yang dilakukan dengan satu metode pemeriksaan. Dengan adanya penelitian tersebut, diharapkan dapat menjelaskan keragaman genotip H.pylori di Indonesia, serta mempelajari mekanisme molekular onkogenesis melalui data genom dan data klinis. Sebagai informasi keberadaan kuman H pylori di dalam lambung pasien akan menyebabkan pasien tersebut mengalami keluhan2 sakit maag. Jika kuman ini terus berada di dalam lambung akan menyebabkan terjadinya perlukaan sampai tukak pada lambung dan usus dua belas jari pasien. Bahkan keberadaan kuman ini bisa menyebabkan kanker lambung pada pasien tersebut dalam jangka waktu lama. Badan kesehatan dunia (WHO) sudah menetapkan kuman ini sebagai agen yang bisa menyebabkan terjadinya kanker atau karsinogen.
 
Publikasi terakhir ini  merupakan sebagian analisa dari projek besar tersebut ini yaitu berdasarkan sampel yang diambil di Surabaya, Makasar dan Bangli Bali. Penelitian pada publikasi ini melibatkan 233 pasien, setiap pasien dilakukan endoskopi dan dilakukan biopsi pada lambungnya. Darah pasien juga diambil untuk analisa lebih lanjut. Hasil pemeiksaan dari 233 sampel ini ternyata melalui pemeriksaan darah didapat 20 pasien yang positif kuman H pylori. Selain itu pada pemeriksaan darah pasien untuk mengukur kadar pepsinogen untuk menentukan kemungkinan peradangan yang terjadi didalam lambung terjadi peningkatan pada pasien-pasien yang merokok. Begitu juga pada pasien peminum alkohol. Yang menarik kadar pepsinogen berbeda-beda pada ketiga suku yang diwakili oleh sampel dari tiga kota. Hal ini menujukkan keberagaman dari kondisi lambung orang Indonesia yang kebetulan analisa ini dilakukan pada 3 suku bangsa tersebut. Pada penelitian ini terbukti pula kadar pepsinogen darah dapat memprediksi terjadinya peradarangan kronis pada lambung walaupun belum bisa membuktikan kondisi perburukan peradangan lambung yang menuju kearah keganasan lambung. Jadi tanpa pemeriksaan endoskopi bisa diprediksi kemungkinan terjadinya peradangan kronis pada lambung yang berhubungan dengan terjadinya infeksi kuman H pylori. Tetapi sampai saat ini pemeriksaan ini belum tersedia untuk pelayanan di masyarakat. Untuk mengetahui kondisi lambung sebenarnya dapat  dilakukan pemeriksaan endoskopi. Walau pada kenyataannya fasilitas endoskopi tidak merata di seluruh kabupaten bahkan tidak semua propinsi di Indonesia  ini mempunyai sarana endoskopi. 
Memang pada  kenyataannya  angka kejadian mukosa lambung yang sampai atrofik sangat rendah sehingga berbeda dengan Jepang, keberadaan kuman H pylori pada lambung orang  Indonesia tidak seganas kalau kuman ini berada pada lambung orang Indonesia. Tetapi sekali lagi yang menarik untuk orang Indonesia sendiri kebetulan pada penelitian pada publikasi  ini diwakili oleh 3 kota Surabaya, Makasar dan Bali ternyata prediksi untuk terjadinya gangguan lambung yang berat juga berbeda-beda. Pada derah yang tidak mempunyai endoskopi, pemeriksaan pepsinogen darah bisa digunakan untuk mempredeksi adanya peradangan kronis pada lambung tapi kurang sensitivitis untuk mengetahui adanya peradarangan lambung yang sudah lanjut seperti atrofik lambung yang mengarah pada terjadnya keganasan.  
 
Penelitian ini juga direspon baik oleh penemu kuman H pylori Prof Barry Marshall dari Australia yang mendapatkan nobel atas penemuannya ini. Melalui akun twitternya @barjammar beliau menyampaikan komentar “Nice Work" dan memberikan jempol atas penelitian ini. 
 
Sampai sejauh ini pengambilan sampel sudah berakhir dan akhirnya dapat dilaksanakan di 20 RS diseluruh Indonesia  yaitu secara berurutan lokasi pengambilan selama tiga tahun ini yaitu  Jakarta, Jayapura, Medan, Pulau Samosir, Makassar, Pontianak, Surabaya, Aceh, Manado, Bangli Bali, Kupang, Padang, Palembang, Cimacan, Nias, Dolok Sanggul (Sumatera Utara), Merauke (Papua), Kolaka (Sulawesi Tenggara), Palu (Sulawesi Tengah) dan Ternate. Mudah-mudahan dengan jumlah lokasi yang hampir menyeluruh untuk mewakili suku2 besar di Indonesia dapat mencapai tujuan penelitian yaitu mengetahui prevalensi, faktor risiko, keragaman genotip, dan pola resistensi Helicobacter pylori di Indonesia serta mempelajari mekanisme molekular onkogenesis melalui data genom dan data klinis yang diperoleh. Total responden penelitian yang telah diperoleh saat ini sudah hampir mencapai angka 1071 pasien. Selama penelitian berlangsung, peneliti utama Dr.Ari Fahrial Syam beserta Prof. Yoshio Yamaoka turut hadir di setiap lokasi penelitian untuk melakukan endoskopi dan pengambilan sampel. Jika di RS tersebut tidak ada endoskopi kami membawa sendiri alat endoskopi. Tentu kedepan seluruh propinsi dan kabupaten2 besar memiliki peralatan endoskopi ini.
 
Banyak informasi penting yang bermanfaat bukan saja untuk para dokter Indonesia secara keseluruhan tetapi juga untuk daerah yang menjadi tempat pengambilan sampel tersebut. Dan berbagai publikasi seputar H pylori ini juga akan memperkaya informasi seputar penyakit ini di dunia ilmu pengetahuan.
 
Ari Fahrial Syam MD, PhD, FACP
Division of Gastroenterology, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia/ Cipto Mangunkusumo Hospital
Ketua Kelompok Study H pylori Indonesia
Wakil Ketua I PB PAPDI